BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia sekarang
ini banyak lembaga pendidikan, dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Perguruan
Tinggi (PT), berlomba membuka kelas “internasional” dengan nama yang beragam.
Pada tingkat TK sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang sederajat,
ada yang menggunakan nama kelas imersi, kelas bilingual, dan Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI). Pada tingkat PT, ada yang menggunakan nama international
class dan world class university. Terlepas dari nama yang digunakan,
program tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu agar kelak lulusannya dapat
bersaing di tingkat global atau internasional. Dari sisi hukum, program
tersebut sah, karena dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun
2003, Pasal 50, Ayat 3, disebutkan bahwa “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang
pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf
internasional”.
Salah satu ciri program tersebut adalah
penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar untuk mata pelajaran atau
mata kuliah tertentu. Khusus di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan SMA, mata
pelajaran yang disampaikan dengan bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang
sering dilombakan dalam tingkat internasional melalui olimpiade. Mata pelajaran
tersebut adalah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, yang meliputi Biologi,
Fisika, dan Kimia (MIPA). Berdasarkan pengalaman, di dalam olimpiade penguasaan
materi siswa Indonesia tidak kalah dengan siswa dari negara lain, tetapi
menghadapi kendala untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasannya. Oleh karena itu,
pemerintah, melalui Departemen Pendidikan Nasional, memandang perlu program
yang mempersiapkan siswa-siswa agar dapat bersaing di tingkat internasional.
Program yang sudah direalisasikan adalah program RSBI, khususnya untuk SMP
melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama (PSMP), dan SMA melalui
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Tanggapan masyarakat terhadap program RSBI beragam. Pihak
yang setuju terhadap program tersebut menganggap bahwa untuk peningkatan mutu
dan persaingan di tingkat internasional penggunaan bahasa Inggris sebagai
bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah tidak dapat
ditawar-tawar lagi. Perbaikan program dapat dilakukan secara bersamaan dengan
pelaksanaannya. Pihak yang tidak setuju menganggap bahwa program tersebut suatu
pemborosan, karena pemerintah harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit dan
tujuan program belum tentu dapat dicapai. Program tersebut dapat dilaksanakan
hanya jika semua perangkat pendukungnya sudah siap.
Terlepas dari pandangan-pandangan tersebut, pelaksanaan
program RSBI sudah berjalan. Dalam pelaksanaannya, memang ada beberapa kendala
yang muncul. Kendala yang paling menonjol adalah penguasaan bahasa Inggris para
guru MIPA yang secara umum masih belum memadai, dan penguasaan istilah-istilah
MIPA para guru bahasa Inggris yang rendah sehingga mereka tidak dapat membantu
guru MIPA. Melalui Direktorat PSMP dan Direktorat PSMA, pelatihan untuk para
guru, baik guru MIPA dan guru Bahasa Inggris, sudah sering dilaksanakan..Melalui
pelatihan seperti ini, guru MIPA dan guru bahasa Inggris diharapkan dapat
bekerja sama dalam merancang kegiatan pembelajaran.
Artikel ini membahas pembelajaran bahasa Inggris melalui Content-Based
Instruction (CBI) .Melalui CBI, siswa dapat meningkatkan kosakata yang
digunakan dalam mata pelajaran tertentu, khususnya MIPA, dan mengkomunikasikannya
sesuai dengan keperluan.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian dari content
based instruction?
2. Bagaimana penerapan content based instruction?
3. Apakah manfaat content based
instruction?
C. TUJUAN
1. Tujuan dibuatnya
makalah ini untuk mengetahui pengertian dari Content Based Insrtuction,
2. Mengetahui contoh penerapan content based
instruction dalam kelas,
3. Mengetahui manfaat content based instruction
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
CONTENT BASED INTRUCTION.
Ada beberapa definisi CBI dengan penekanan yang berbeda dalam
konteks pembelajaran bahasa. Brinton, Snow, & Wessche (1989: 2)
mendefinisikan CBI sebagai “the concurrent teaching of academic subject
matter and second language skills” dan Richards & Schmidt (2002: 115)
mendefinisikannya sebagai “a programme in English as a second language in
which the focus is on teaching students the skills they will need in regular
classrooms, i.e. for learning in the content areas such as maths, geography, or
biology”. Kedua definisi ini mengemukakan CBI dalam konteks pembelajaran
bahasa kedua.
Pengertian CBI yang lain dikemukakan oleh Crandall
& Tucker (1990: 187), yang mendefinisikannya sebagai “an approach to
language instruction that integrates the presentation of topics or tasks from
subject matter classes (e.g., math, social studies) within the context of
teaching a second or foreign language” dan Wesche & Skehan (2002: 220),
yang mendefinisikannya sebagai “the integration of school or academic
content with language teaching objectives”. Kedua definisi ini menunjukkan
bahwa CBI dapat diterapkan baik pada konteks pembelajaran bahasa kedua maupun
pembelajaran bahasa asing.
Keempat definisi tersebut mewakili pengertian CBI
secara umum, yaitu CBI sebagai pendekatan dalam pembelajaran bahasa Inggris
yang menyatukan isi mata pelajaran dengan penggunaan bahasa agar para siswa
kelak dapat mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang relevan dengan mata
pelajaran tertentu. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Inggris dapat
menggunakan bahan-bahan MIPA sebagai pelajaran yang mendukung bahasa inggris
itu sendiri.
Nama CBI sering dikaitkan dengan nama-nama lain yang
merujuk pada pengertian yang sama, yaitu Content and Language Integrated
Learning (CLIL) dan English Across the Curriculum (EAC). Nama-nama
tersebut tidak dapat dilepaskan dengan English for Specific Purposes (ESP),
yang sering dikontraskan dengan English for General Purposes (EGP).
Menurut Johnson & Johnson (1999: 105) ESP pada awalnya memiliki dua cabang,
yaitu English for Academic Purposes (EAP) dan English for
Occupational Purposes (EOP). Namun dalam perkembangan selanjutnya,
nama-nama lain juga muncul, seperti English for Science and Technology (EST)
dan English for Educational Purposes (EEP). CBI adalah salah satu nama
yang muncul dalam perkembangan ESP.
Salah satu manfaat dari CBI adalah bahwa penggunaan
materi dari mata pelajaran tertentu sebagai bahan pembelajaran bahasa dapat
memaksimalkan pajanan siswa pada bahasa yang dipelajarinya. Pajanan ini
bersifat kontekstual karena sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran melalui
CBI yang berhasil dapat menjadikan siswa menguasai baik bahasa maupun isi mata
pelajaran melalui proses timbal balik.
Dalam konteks pembelajaran bahasa Inggris sebagai
bahasa asing, melalui CBI siswa perlu terlibat dalam beragam kegiatan agar
dapat menguasai bahasa sasaran dan isi mata pelajaran. Nunan (2004: 132)
menyebutkan beberapa manfaat dari CBI. Manfaat-manfaat tersebut antara lain “an
organic, analytical approach to language development” dan “a framework
within which learners can have sustained engagement on both content mastery and
second language acquisition”. Meskipun Nunan menyebutkan manfaat tersebut
dalam konteks bahasa kedua, manfaat dalam konteks bahasa asing tidak jauh
berbeda. Selanjutnya, Nunan (2004: 132), dengan mengutip Brinton (2003),
menyebutkan lima prinsip dalam CBI:
1. Kegiatan pembelajaran didasarkan pada
isi, bukan pada aspek kebahasaan.
2. Keterampilan hendaknya terintegrasi.
3. Siswa hendaknya
secara aktif terlibat dalam semua tahap proses pembelajaran.
4. Isi hendaknya
dipilih berdasarkan relevansinya dengan kebutuhan siswa yang sejalan dengan tujuan akademik.
5. Bahan-bahan dan
tugas-tugas hendaknya otentik.
Dengan
demikian, melalui CBI siswa mempelajari bahasa Inggris melalui topik-topik
dalam mata pelajaran Matematika, Biologi, Fisika, dan Kimia, dan sekaligus
mempelajari mata pelajaran tersebut dengan bahasa pengantar bahasa Inggris.
Dengan cara ini siswa dapat diharapkan mengkomunikasikan baik secara lisan
maupun tertulis gagasan-gagasan yang relevan dengan mata pelajaran tersebut,
karena pembelajaran bahasa Inggris menggunakan bahan darinya.
Penerapan
CBI dalam praktik dapat ditempuh dengan berbagai cara. Crandall dkk. (1987) mengemukakan
dua model pembelajaran bahasa Inggris melalui CBI. Model yang pertama adalah content-driven
(berdasarkan isi) dan yang kedua adalah language-driven (berdasarkan
bahasa). Ciri-ciri dari kedua model tersebut disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1.
Ciri-ciri CBI berdasarkan isi dan CBI berdasarkan bahasa.
Berdasarkan
Isi
Isi diajarkan
dengan Bahasa Inggris.
Pembelajaran isi
menjadi prioritas.
Pembelajaran
bahasa bersifat sekunder.
Tujuan
pembelajaran isi ditentukan oleh kompetensi dalam mata pelajaran.
Guru perlu
memilih tujuan pembelajaran bahasa. Evaluasi siswa didasarkan pada penguasaan
isi.
|
Berdasarkan
Bahasa
Isi digunakan
untuk mempelajari Bahasa Inggris.
Pembelajaran
bahasa menjadi prioritas.
Pembelajaran isi
bersifat sekunder
Tujuan
pembelajaran bahasa ditentukan oleh kompetensi dalam kebahasaan.
Guru perlu
memilih isi yang akan diintegrasikan. Evaluasi siswa didasarkan pada
kemahiran/keterampilan berbahasa
|
Pembagian di atas tidak bersifat pilah. Artinya guru dapat secara
luwes menerapkan CBI sesuai dengan keadaan siswanya; apakah dia cenderung
menerapkan CBI yang berdasarkan isi atau yang berdasarkan bahasa. Dalam CBI
yang berdasarkan isi, pembelajaran siswa terhadap isi mata pelajaran
lebih penting daripada pembelajaran bahasa. Penguasaan isi mata pelajaran
menjadi tujuan utama pembelajaran. Dalam CBI yang berdasarkan bahasa, isi
mata pelajaran digunakan sebagai sarana untuk memperkaya tujuan pembelajaran
bahasa. Pembelajaran isi mata pelajaran tidak menjadi tujuan utama.
Di antara kedua bentuk di atas, ada bentuk gabungan yang
dapat dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi siswa. Wesche & Skehan
(2002) menyatakan bahwa dalam pelaksanaannya CBI dapat menggunakan dua bahasa
atau lebih (two or more instructional languages). Bahasa pengantar dalam
CBI tidak hanya bahasa Inggris. Dengan demikian, pada konteks Indonesia,
misalnya, penggunaan bahasa pengantar dapat berupa campuran antara bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Apapun bentuknya, keberhasilan CBI dalam
menjadikan siswa menguasai isi dan bahasa akan bergantung pada apakah kegiatan
belajar mengajar yang menggunakan CBI secara sistematik mempertimbangkan
kemampuan siswa. Artinya, CBI hanyalah sebagai salah satu pendekatan, yang
keberhasilannya bergantung pada banyak faktor.
B.
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI CBI
Di bagian
yang terdahulu telah disebutkan bahwa CBI dapat digunakan dalam konteks
pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau sebagai bahasa asing.
Dalam konteks bahasa kedua, di luar kelas bahasa Inggris siswa memiliki pajanan
yang cukup karena bahasa Inggris digunakan sebagai alat komunikasi utama. Dalam
konteks bahasa asing, di luar kelas bahasa Inggris siswa tidak memiliki pajanan
yang cukup karena bahasa Inggris tidak digunakan sebagai alat komunikasi utama.
Di sekolah-sekolah di Indonesia, bahasa Inggris pada umumnya diajarkan sebagai
bahasa asing. Oleh karena itu, guru yang akan menggunakan pendekatan CBI perlu
mempertimbangkan sejumlah faktor penting.
Salah
satu faktor tersebut adalah organisasi kegiatan belajar mengajar. Pada tahap
awal kegiatan pembelajaran, guru perlu secara eksplisit mengajarkan kosakata
yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran inti. Guru dapat menyediakan glossary
(daftar kata yang digunakan dalam topik yang dipelajari). Pembekalan
kosakata ini penting agar siswa terbantu dalam memahami isi dan kemudian
mengkomunikasikannya. Bernier (Lingley, 2006) menyatakan bahwa untuk keperluan
tersebut guru hendaknya membantu siswa dengan konteks bahasa pertama dan perlu
menyesuaikan teknik atau metode mengajarnya agar siswa dapat memahami isi yang
menjadi sasarannya. Misalnya, di dalam teks Matematika ada frasa „least
common multiple‟, di Biologi ada kata „taproot‟, di Fisika ada „states
of matter‟ dan di Kimia ada „chemical compound‟. Guru perlu
menjelaskan kepada siswa bahwa frasa-frasa tersebut dalam bahasa Indonesia
„kelipatan persekutuan terkecil‟, „akar tunggang‟, „wujud benda‟, dan „senyawa
kimia‟. Konsep-konsep tersebut sudah dikenal siswa dalam mata pelajaran
tersebut.
Pada kegiatan pembelajaran inti, guru perlu memberi contoh
yang berupa model teks baik lisan maupun tulis sesuai dengan keterampilan yang
akan dilatihkan. Seperti yang disebutkan oleh Nunan (2004), pembelajaran bahasa
Inggris yang menggunakan pendekatan CBI sebaiknya mengintegrasikan sejumlah
keterampilan. Jika alokasi waktu memungkinkan, dalam satu pertemuan keempat
keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, dapat
digabungkan sekaligus. Jika integrasi keempat keterampilan tidak mungkin
dilakukan dalam satu pertemuan, integrasi setidak-tidaknya dua keterampilan
dapat dilakukan. Pada kegiatan pembelajaran inti, keterampilan berbahasa dilatihkan
berdasarkan isi teks yang relevan dengan mata pelajaran. Siswa dilatih
mengeksplorasi isi teks melalui kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis, sesuai dengan keterampilan berbahasa yang ditekankan.
Pada
kegiatan penutup, siswa diarahkan untuk membuat kesimpulan mengenai apa yang
telah mereka pelajari dan merefleksikan apa-apa yang mudah dan sulit dalam
kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dapat dilakukan baik secara lisan maupun
tertulis. Dengan cara ini, siswa dapat mengungkapkan gagasan, yang berarti
dapat berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis.
C.
CONTOH PENERAPAN CBI.
Berikut
ini contoh sederhana kegiatan belajar mengajar bahasa Inggris yang menggunakan
pendekatan CBI di tingkat SMP. Bahan pembelajaran diambil dari Biologi dengan
topik Plants. Keterampilan berbahasa yang dilatihkan adalah menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Kompetensi dasar yang akan dicapai adalah
merespon dan mengungkap makna dalam bentuk teks description.
1.
Kegiatan pembelajaran awal
Guru menuliskan
di papan tulis leaves, flower, plant, dirt, soil, pot, roots, stem, above,
below, under, in, atau kata-kata lain yang sesuai. Guru membawa tanaman ke
dalam kelas atau menyuruh siswa melakukannya. Guru meminta siswa untuk
mengamati tanaman tersebut dan mendiskusikannya, dengan menggunakan language
expression (ungkapan), seperti "Look at this pretty plant. It's in
a pot. See its green leaves. Here's a flower. It's on the stem."
Ungkapan yang lain dapat digunakan sejauh ungkapan tersebut sesuai konteks. Kata-kata
yang ditulis di papan tulis dijelaskan kepada siswa bahwa kata-kata tersebut
akan digunakan pada kegiatan berikutnya. Guru meminta siswa untuk memperhatikan
ejaan dan ucapan kata-kata tersebut.
2.
Kegiatan pembelajaran inti.
Untuk
melatih keterampilan menyimak, guru dapat menyuruh siswa untuk melakukan
sesuatu dengan Total Physical Response (melakukan perintah), misalnya “Point
to the leaves”. Untuk melatih keterampilan berbicara, guru dapat
menyuruh siswa menggambar tanaman yang lengkap (daun, bunga, cabang, dan akar)
di papan tulis, dan meminta siswa menyebutkan nama-nama bagian tanaman tersebut
dalam bahasa Inggris. Guru dapat menanyakan kepada siswa tentang tanaman
tersebut dengan pertanyaan seperti “What color are the leaves/the stem?”,
“How does the leaf/stem feel?”, “Is it smooth/rough?”, “What's
above/below the dirt?”, atau pertanyaan lain yang relevan. Dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut, siswa berlatih keterampilan berbicara. Untuk
melatih keterampilan membaca, guru dapat memberikan kepada siswa teks tulis
tentang tanaman dari buku teks Biologi, koran atau majalah dan meminta siswa
mendiskusikannya. Untuk melatih keterampilan menulis, guru dapat meminta siswa
mendeskripsikan secara tertulis gambar-gambar di papan tulis yang digunakan
juga untuk melatih keterampilan berbicara. Ini semua dapat dilakukan jika
alokasi waktu memungkinkan. Jika waktu terbatas, kegiatan inti dapat dilakukan
dengan mengintegrasikan setidak-tidaknya dua keterampilan.
3.
Kegiatan penutup
Bersama-sama
guru, siswa menyimpulkan dan merefleksikan butir-butir yang telah mereka
pelajari. Guru dapat mengulangi penjelasan terhadap butir-butir penting yang
telah dipelajari jika hasil refleksi menunjukkan bahwa siswa masih menjumpai
kesulitan.
D.
PERAN
GURU
Peran guru dalam
kelas CBI adalah Mereka diminta untuk melihat pengajaran mereka dengan cara baru, dari
perspektif benar-benar mengontekstualisasikan pelajaran mereka dengan menggunakan
konten sebagai titik keberangkatan. Mereka hampir pasti memiliki komitmen untuk adaptasi
bahan dan pengembangan. Akhirnya, dengan investasi waktu dan energi untuk
membuatberbasis konten kursus bahasa datang tanggung jawab yang lebih besar
untuk pelajar,
karena kebutuhan peserta didik menjadi hub sekitar yang bahasa kedua
kurikulum dan bahan, dan praktek oleh karena itu
mengajar, berputar.
Stryker dan Leaver menyarankan keterampilan penting
berikut untuk setiap CBI
pengajar:
pengajar:
1.
Berbagai format instruksi kelas
2. Menggunakan kerja kelompok dan tim-gedung teknik
3. Pengorganisasian pengaturan membaca jigsaw
4. Mendefinisikan latar belakang pengetahuan dan ketrampilan bahasa yang diperlukan untuk keberhasilan siswa
5. Membantu siswa mengembangkan strategi koping
6. Proses Menggunakan pendekatan untuk menulis
7. Menggunakan teknik koreksi kesalahan yang tepat
8. Mengembangkan dan mempertahankan tingkat minat siswa
2. Menggunakan kerja kelompok dan tim-gedung teknik
3. Pengorganisasian pengaturan membaca jigsaw
4. Mendefinisikan latar belakang pengetahuan dan ketrampilan bahasa yang diperlukan untuk keberhasilan siswa
5. Membantu siswa mengembangkan strategi koping
6. Proses Menggunakan pendekatan untuk menulis
7. Menggunakan teknik koreksi kesalahan yang tepat
8. Mengembangkan dan mempertahankan tingkat minat siswa
E. MANFAAT PRAKTIK CBI
Metode
Pembelajaran Content Based Instruction mempunyai manfaat dalam proses
belajarnya yang berguna untuk meningkatkan kualitas peserta didik. Manfaat-manfaat
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik yang
terkena cukup banyak bahasa melalui merangsang konten. Peserta didik
mengeksplorasi konten yang menarik & terlibat dalam kegiatan. Jadi proses belajar bahasa menjadi otomatis;
2. CBI mendukung pembelajaran
kontekstual; peserta didik diajarkan bahasa yang berguna yang tertanam dalam
konteks wacana yang relevan daripada fragmen bahasa sebagai terisolasi. Oleh
karena itu siswa membuat hubungan yang lebih besar dengan bahasa & apa yang
mereka sudah tahu;
3. Informasi yang kompleks disampaikan melalui
konteks kehidupan nyata bagi siswa untuk memahami dengan baik & membuat
siswa termotivasi;
4. Dalam CBI informasi diulangi oleh strategis
penyampaian informasi pada waktu yang tepat & situasi yang menarik untuk
siswa;
5. Fleksibilitas yang
lebih besar & kemampuan beradaptasi dalam kurikulum dapat digunakan untuk
memenuhi siswa membuat peserta didik tertarik dengan pelajaran.
F.
KESIMPULAN
CBI
adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan isi mata pelajaran dengan
bahasa. Alasan yang menjadi dasar CBI adalah bahwa „a second language is
learned most effectively when used as the medium to convey informational
content of interest and relevance to the learner‟ (Brinton, Snow &
Wesche, 1989: vii). Tidak seperti pendekatan pembelajaran bahasa pada umumnya,
yang biasanya didasarkan pada penyajian dan latihan tata bahasa dan kosakata
yang tidak selalu kontekstual, CBI memberikan kepada siswa keterampilan
berbahasa yang bermakna dan kontekstual melalui bahan-bahan yang otentik
berdasarkan tema-tema dalam mata pelajaran tertentu.
Karena CBI berkaitan dengan isi mata pelajaran
(Carson, Taylor & Fredella, 1997), tidak mudah bagi guru untuk menyadari
sepenuhnya bahwa ia sedang mengajarkan bahasa. Guru yang mengajar bahasa
Inggris dengan pendekatan CBI dapat lupa akan tugas pokoknya, yaitu mengajarkan
bahasa Inggris, karena lebih mementingkan mengajarkan isi mata pelajaran
tertentu. CBI adalah pendekatan pengajaran bahasa, sehingga guru tetap harus
menitikberatkan pada pembelajaran bahasa dan siswanya adalah siswa yang sedang
belajar berbahasa dengan segala permasalahan kebahasaan yang harus mereka
hadapi. Misalnya, mereka harus tetap belajar berkomunikasi secara perpasangan
dan dalam kelompok kecil. Mereka harus tetap dapat menerapkan strategi
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Dalam
konteks pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia, sampai pada tahap tertentu,
guru-guru bahasa Inggris di SMP dan SMA sudah melaksanakan pembelajaran melalui
CBI. Berdasarkan Standar Isi Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk RSBI, Standar
Isi pada Standar Nasional diberi tambahan yang berupa muatan “keilmuan”, yaitu
yang berkaitan bidang MIPA. Dalam pembelajaran bahasa Inggris, guru dituntut
memilih bahan-bahan ajar yang berkaitan dengan MIPA. Banyak buku teks bahasa
Inggris yang telah memasukkan topik tentang ilmu pengetahuan. Jika guru-guru
menggunakan buku semacam itu sebagai sumber bahan, mereka berarti sudah
menggunakan CBI dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Tugas-tugas di luar
kelas yang harus dikerjakan oleh siswa seperti mencari artikel tentang Global
Warming untuk kemudian didiskusikan di dalam kelas sampai pada tingkat
tertentu juga berkaitan dengan prinsip-prinsip dalam CBI. Praktik-praktik yang
demikian dapat dikembangkan secara sadar dengan menggunakan prinsip-prinsip CBI
secara lebih terstruktur dan sistematik agar tujuan membekali siswa dengan
penguasaan bahasa Inggris untuk kepentingan komunikasi ilmiah dapat dicapai.
Hal yang perlu selalu diingat adalah mereka guru bahasa Inggris yang melatih
keterampilan berbahasa Inggris siswa, bukan guru MIPA yang membekali siswa
dengan isi mata pelajaran tersebut.
Assalamualaikum kak...bisakah saya meminta referensi dari blog yang kakak buat ini....
BalasHapusCasino games machines with jackpots - JTM Hub
BalasHapusCheck out the Best Casino Machines 창원 출장안마 in Reno and enjoy gaming machines 안동 출장안마 at 제주도 출장샵 J.T. casino machines with jackpots. 광명 출장안마 casino 여주 출장마사지 games machines with jackpots.